Main Article Content
Abstract
Kebijakan revitalisasi kawasan alun-alun dan Jalan Ahmad Yani tidak berjalan mulus. Dua proyek utama di pusat Kota Tegal ini mendapat tentangan dari warga setempat. Seperti halnya penataan Taman Poci yang terletak tidak jauh dari Taman Pancasila, revitalisasi kawasan alun-alun dan Jalan Ahmad Yani juga dilakukan dengan cara menggusur para pedagang kaki lima (PKL). Akibatnya terjadi demonstrasi-demonstrasi para PKL yang didukung kalangan mahasiswa yang menentang penggusuran, baik terhadap kebijakan renovasi Taman Pancasila, penataan kawasan alun-alun maupun City Walk Jalan Ahmad Yani. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan data kualitatif yang dimaksudkan untuk menggambarkan persoalan yang ada dan mencoba memberikan solusi bagi Pemerintah Kota Tegal. Hasil penelitian ini diketahui bahwa kebijakan revitalisasi kawasan alun-alun dan Jalan Ahmad Yani merupakan kebijakan elitis yang tidak melibatkan partisipasi masyarakat, terutama warga setempat yang terdampak oleh proyek. Komunikasi kebijakan yang buruk telah memicu protes warga dan menciptakan konflik di lapangan. Solusinya adalah dengan merevisi kebijakan, memperbaiki pola komunikasi, dan melibatkan warga setempat dalam pengambilan keputusan.